#journey9
“Tidak
semua kisah perjalanan mesti berujung indah, buruk pun ada”
Pantai Laguna
Samudra merupakan pantai yang terletak di pesisir Barat Sumatra, Ds. Merpas,
Kec. Nasal, Kab. Kaur. Pantai ini menjadi objek wisata bahari andalan bagi
wisatawan domestik maupun mancanegara. Ada teman saya yang sudah kesana empat
tahun lalu-nyatanya saya baru tau akhir-akhir ini.
Jadi
beberapa bulan yang lalu, saya mendengar cerita perihal indahnya pantai Laguna Samudara
dari ayah. Kata beliau airnya sangat jernih, bersih dan indah. Beliau juga
memamerkan foto bersama kedua temannya. ‘Wow’-itu kata yang pertama kali keluar.
Sangat berbanding jauh dengan pantai Panjang, penuh dengan sampah.
Kelang
beberapa hari kedepan setelah ayah memamerkan fotonya, beliau menawarkan saya
untuk ikut pergi ke Kaur. Katanya, ada rekan kerja ayah yang mau menikah (bapak
gue emang gahol,temennya aja masih banyak yang muda-muda. Masih berasa abg katanya,
haha-padahal...), jadi kami sekeluarga diundang. (Berhubung ade-ade gue
yang krucil mo sekul, ‘en di en’ emak
gue ga ikut deh).
Kami berdua mewakili
undangan. Alhasil Rabu, 19 Juni pukul 00.01 WIB kami berangkat menuju Kabupaten
Kaur. Sepanjang jalan saya terjaga, membuka kaca dan menikmati angin malam. Menjelang
pagi kami sampai di kediaman kedua orang tua teman ayah, kami disambut dengan
baik.
Menyongsong
sore, saya pergi ke Pantai Laguna Samudra ditemani saudara perempuan teman ayah
menggunakan motor (Asek! ni motor bisa gue bawa kemana-mana neh!;warung;warung).
Namanya Eis, orangnya asik dan umurnya terpaut dua tahun dari saya. Kami
berangakat sesudah sholat ashar. Jarak menuju ke pantai Laguna Samudra sekitar
6 KM, tidak terlalu jauh.
Sebelum
masuk kami harus membayar registrasi sebesar Rp.10.000,- per/orang atau
per/motor-gue lupa dah. Sungguh diluar dugaan, ‘kecewa’ kata yang keluar
dari benak saya ketika melihat hamparan laut yang surut, (sebenarnya ‘an***’
‘apaan nih!’ ‘bagus dari mana’ ‘astapirullah’-sambil ngelus-ngelus dada).
Bukan itu saja, pasir yang awalnya bersih kini penuh dengan tumpukan kelapa. Di
sepanjang pantai banyak ranting, daun kering dan sampah plastik yang bertebaran.
Kekecewaan saya tidak hanya sampai disitu. Terlihat ada salah satu corner-yang
sepertinya menjadi salah satu spot take pic, kini hancur tak layak
pakai. Hanya ada dua kayu yang tertinggal, bertuliskan ‘selamat datang’- sudah
reyot pula.
Alih-alih
saya menebak (sepertinya ini bekas wisatawan yang berlibur kesini. Toh, sebulan
terakhir inikan liburan pelajar dipertengahan tahun). Rasa kecewa itu
bertambah tatkala air laut mulai pasang. Awalnya saya mendekat ke bibir pantai.
Niatnya ingin berendam, namun melihat beberapa sampah terombang-ambing di
sekitar, saya mengurungkan niat untuk berenang.
Sekian
kisah menyedihkan dari saya, jujur kecewa saket ati neh-_ padahal cuma
kelang beberapa hari keadaan ni pantai langsung berubah 90 derajat sampe mengot
dah. Ternyata ulah tangan manusia secepat itu. Gue cuma kasian sama wisatawan
yang jaoh-jaoh dateng dari luar kota, eh pas dateng malah buat mereka kecewa.
Udah rugi ongkos, rugi tenaga, rugi waktu et dah. Gue cuma berharap,semoga
manusia lebih peka dengan hal yang mereka perbuat, termasuk gue. Menarik untuk dibaca : Ketemu cowok ganteng ihui!