#journey5
“Bersila
di atas batu seraya menikmati tempias air dan swastamita secara nyata ”
(Part 2)
Perjalan dilanjutkan,,,,
Perjalan dilanjutkan,,,,
Sebelum
memutuskan untuk bergegas, perjalanan sebelumnya (part 1) : Air Terjun Punya Level! kami berdiskusi sedikit perihal ketidakpuasan saya,
Yolan, dan Ejak. Bahwasannya kami ingin melanjutkan perjalanan ke tempat lain
sebelum matahari terbenam. Begitu isinya. Tentu saja para cowok khawatir
tentang kepulangan kami dimalam hari. Tetapi karena kami menyanggupi, adventure
pun dilanjutkan.
Kata Randi, perjalanan menuju Curug Ababil lumayan memakan waktu
yang panjang. Akses transportasi juga tidak terlalu mendukung. Ternyata memang
benar, jalan yang tidak terlalu bersahabat membuat perjalanan kami tidak sangkil.
Jalan bebatuan ditambah banyaknya tikungan menanjak membuat kami berasumsi untuk
balik arah keluar dari perkebunan kelapa sawit.
Tetapi itu semua terkalahkan dengan rasa keinginan kami untuk
tetap melanjutkan perjalanan. Matahari hampir tenggelam, seiring dengan tibanya
kami di tempat pemberhentian. Setibanya, kami harus berjalan kaki kurang lebih
dua puluh lima menit untuk turun kesana. Sebenarnya kami ada rasa takut untuk
meninggalkan kendaraan namun, mengingat Randi yang sudah mengenal tempat ini
membuat kami percaya bahwa semanya akan baik-baik saja.
Belum lama kami berjalan, tiba-tiba saya terkena tumpukan
pelepah kelapa sawit. Sembrono memang, alhasil kaki saya terluka. Ejak yang
membawa perlengkapan P3K segera membantu membersihkan dan mengobati agar tidak terinfeksi
dan terjadi pembengkakan. Kami terus melakukan perjalanan. Faktor hujan membuat
kami sedikit sulit berjalan di atas tanah merah, untung saja jaraknya tidak
terlalu jauh.
Saat melewati turunan yang licin, tiba-tiba keseimbangan saya
hilang. Otomatis saya terjatuh. Dari kejauhan, terlihat air terjun Curug Ababil
yang terhalang oleh beberapa tumbuhan. Ironisnya, kelang beberapa menit, lagi-lagi
saya terjerembab hingga ke dasar lembah.
Namun semua itu
terbalas oleh keindahan air terjun Curug Ababil. Tampak ada beberapa
bapak-bapak yang sedang memancing, tersenyum melihat kedatangan kami. Setelah
sibuk berfoto, kami duduk di bebatuan sambil memandang matahari yang perlahan
menghilang. Swasmita berpamit seiring kepulangan kami.
Bengkulu, 24 Juli 2019