#journey8
“Dalam
perjalanan kalian akan bertemu fase perkenalan”
Sekitar pukul 10.30 WIB saya berangkat dari kota Kalianda menuju
Dermaga Canti untuk menyebrang, menggunakan kapal motor dengan mengeluarkan
biaya sebesar Rp. 25.000,-. Sembari menunggu penumpang lainnya, saya tertarik
membaca benner yang terpajang di tempat-yang bisa dibilang waiting room. Langsung
saja saya mencari kesempatan untuk bertanya perihal ‘wisata krakatau’ kepada
orang lokal sekitar. Ternyata tidak semudah yang saya kira, banyak persyaratan
yang harus disiapkan-sehari sebelum keberangkatan. Ada juga berbagai opsi yang
dapat dipilih. Berbagai fasilitas yang tersedia, mulai dari transportasi, guide
lokal, penginapan, makan, snorkling, asuransi dll. Tak luput juga aturan-aturan
yang memperbolehkan wisatawan untuk berkunjung dan memasuki kawasan Krakatau.
Jauh dari kata gampang. Cerita tentang krakatau cukup sampai disini. Semoga ada
cerita dilain judul, misalnya; ‘Jalan-Jalan Gratis ke Gunung Krakatau’. Ehehe amin
Kapal siap berlayar, penumpang mulai menjajal tempat yang akan
menemeni 90 menit kedepan. Cuaca cukup bersahabat, namun ombak tampak bergulat.
Saya yang kebetulan saat itu masuk paling terakhir, celingak-celinguk mencari
tempat kosong. Aduhh! Duduk di mana nih! Penuh lagi!
Akhirnya, saya mencari tempat duduk ke lantai atas. Serunya
duduk di bagian dek depan kapal! Ya, mungkin saja penumpang dilarang naik
ke atas. Bodo amat, lagi pula ngga ada yang ngeliat. Pas pula saat itu kru
sedang sibuk mengatur keberangkatan kapal.
Untung saja saya sudah berada di atas sebelum kapal mulai
berlayar. Eitss, gawat! Ternyata ada seorang lelaki-yang saya tebak salah
satu kru yang mengawasi arah kapal. Dia duduk di dek depan kapal. Saat itu saya
agak ragu untuk tetap berada di atas. Karena tak mau cari masalah, buru-buru
saya menghampiri si petugas.
“Maaf Pak-“ Shit!
Pak!!!
“Eh, Mas, maaf. Boleh saya duduk di sini? Soalnya di bawah udah
penuh.” Sambil cengir serba salah. Saat itu lah awkward moment terjadi.
Tiba-tiba lelaki itu tertawa, “ Santai aja Mba, saya penumpang
bukan kru kapal” Auto saya ikut tertawa, dalam hati begoooo!
“Maaf Mas, saya ga tau kalau Mas bukan petug-” Belum lagi saya
selesai bicara, dia sudah memotong.
“Santai aja Mba” Kami tersenyum
Seketika saya mengurungkan niat untuk duduk di atas, tiba-tiba
si Mas bertanya, “Mau ke mana Mba”
“Mau ke bawah Mas, heh”
“Sini aja Mba, katanya di bawah penuh” ucapnya.
Lagi-lagi begoo!
Saya pun mengangguk dan duduk di sebelah lelaki tersebut. Kami
berkenalan, dan bertukar pengalaman. Ternyata lelaki itu seorang backpaker dari
Bandung. Bodohnya saya diawal tidak menyadari lelaki itu membawa backpack di
sampingnya. Ketika saya lihat dari dekat, ternyata dia mempunyai rahang kokoh
dan hidung bangir. Namanya Mr. R well ga mungkin gue kasih tau karena itu
privasi gue. Kerennya lagi, dia mahasiswi ITB terpaut dua semester dari saya.
Kami bercerita banyak tentang hobi, cita-cita dan impian. Sebenarnya obrolan
kami masih panjang. Jadi cerita Mr. R cukup sampai disini. Takutnya nanti malah
kepikiran terus haha. Kalau ada yang penasaran perihal kelanjutan kami, tanya
langsung ke saya. Yah, semoga kita bisa bertemu lagi, Mr.R.
Ini cerita bulan Februari kemarin, entah mengapa tiba-tiba saya
teringat kejadian ini setelah mendengar cerita yang hampir serupa dengan teman
saya. Bedanya, ini kisah pria di kapal menuju pulau Sebuku, sedangkan dia pria
di kapal printis menuju pulau Enggano.
Dokumentasi
Bengkulu, 19 Agustus
2019