Tragedi Dibalik Curug Embun
By alnaabee26 - August 11, 2019
#journey7
“Perjalanan
tidak hanya mengajarkan arti kesabaran, tapi juga keikhlasan”
Hiruknya April mop mengantar saya ke sebuah Air Terjun Curug
Embun yang terletak di Kabupaten Kepahiyang, Desa Tapak Gedung, Kecamatan Tebat
Karai. Kepahiyang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Bengkulu.
Kabupaten ini diresmikan keberadaannya pada 7 Januari 2004 yang sebelumnya
merupakan wilayah Kabupaten Rejang Lebong. Mayoritas penduduk kabupaten
Kepahiyang adalah suku Rejang (Wikipedia).
Hujan meraja tapi hasrat terus bertahta. Sudah tau musim hujan
masih saja nekat berkelana. Asa seolah percaya hujan akan reda, emang dasar. Kali ini saya
di temani ketiga teman saya yang tidak akan saya sebutkan ‘lagi’ namanya, karena sudah
ada di jurnal sebelumnya. #hehe
Sepertinya cuaca tidak sependapat dengan asa. Tahu-tahu kami
semua basah kuyup. Untung saja lokasi sudah terlihat di depan mata. Sesampainya
kami disambut taman kecil yang menghiasi tempat parkir kendaraan.
Gerimis di penghujung, semoga saja. Untuk menuju air terjun,
kami harus menuruni anak tangga yang dibalut tanah merah, licin memang. Tapi
suara deru air sudah memanggil tak sabar.
Air terjun Curug Embun memiliki tinggi kurang lebih 100 meter. Kata
penduduk setempat, debit airnya sangat deras. Pantas saja dinamai Curug Embun sehingga
menghasilkan percikan air seperti layaknya embun. Apalagi kalau musim hujan
seperti ini, volume air pasti akan naik.
Lagi-lagi mendung, kami bergegas
kembali ke kota Bengkulu. Dalam hati berharap tidak turun hujan. Namun sayang,
ketika di tengah perjalanan kami terpaksa berteduh. Toh hujan benar-benar tidak
mau diajak berteman.
Kami menimang waktu, mengingat salah
satu teman saya tidak diizinkan pulang malam oleh orang tuanya. Kami mememutuskan
untuk bergegas. Menerobos jalanan yang di hantam hujan. Pandangan mulai lengah,
keseimbangan melemah. Kejadian yang tidak di sangka terjadi. Akhirnya saya
ter,,,lanjut untuk membaca
Bengkulu, 12 Agustus 2019
0 comments