#journey22
“Tradisi unik,pernikahan masal setiap tahun”
Kampung ini bernama Kampung Arab Al Munawwar. Kampung Arab AlMunawar terletak di kota Palembang, kampung di Sumatra Selatan yang unik. Bukan hanya karena tergolong tua, destinasi wisata ini nilai sejarahnya juga tak luput dari perhatian. Desa wisata yang terletak di tepi Sungai Musi yang disebut "Laot" atau laut oleh masyarakt, kampung ini memiliki banyak kejutan dan pesona. Di kampung ini terdapat berbagai keturunan diantaranya ada keturunan Assegaf, Al-Habsy, Al-Kaaf, Hasny, Syahab. Kampung yang menjadi pusat wisata ini pada tahun 2018 sempat diubah dengan menarik untuk menonjolkan wisata di daerah sana. Pada ajang Asian Games 2018 kampung ini dirubah untuk lebih memperkenalkan etnis dan budaya keturunan Arab di lingkungan masyarakam (Wikipedia)
Perjalanan kali ini, saya ditemani oleh Winda, yang sebelumnya menemani saya naik LRT naik LRT keliling kota Palembang. Sebelum menuju kampung arab Al Munawwar, saya meminta Winda untuk singgah sebentar ke Museum Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) dan Museum Mahmud Badaruddin II. Tidak lama, hanya sekedar mengumpulkan dokumentasi dan membaca sejarah yang tertera. Lokasi Monumen Perjuangan Rakyat dan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II sangat strategis, dekat dengan jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak, Bundaran Air Mancur Palembang dan Masjid Agung Sultan Mahmud Baddaruddin II, sehingga mudah untuk disinggahi.
MONUMEN PERJUANGAN RAKYAT
MUSEUM SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II
Lokasi kampung arab Al Munawwar sangat mudah dijangkau, hanya berjarak 2,3 km dari Jembatan Ampera. Kalian bisa menggunakan becak, ojek online, angkutan umum ataupun estafet, lumayan buat ngurangin lemak wkwk. Bagi yang estafet tidak perlu khawtir jika kalian merasa bosan di tengah perjalanan karena, kalian akan melewati pasar Ilir 16 dan pasar Ilir 10 yang bisa kalian jajaki,
Biaya masuk kampung arab Al Munawwar hanya dibandrol Rp.5.000,-/orang, sangat cocok dikantong para backpacker nih! Selain sibuk jeprat-jepret sana sini, banyak yang bisa kalian dapat, mulai dari sejarah, tradisi dan kebudayaan. Hingga melihat rumah yang masih kokoh dari 300 abad lalu. Kalian juga bisa melihat sungai Musi, jembatan Ampera, jembatan Musi IV, kapal besar pengangkut batubara hingga perahu ketek yang bersileweran membawa penumpang.
DERMAGA BELAKANG KAMPUNG AL MUNAWWAR
HANYA INGIN BERI TAU, DIA SINGLE
Ketika memasuki perkampungan, kalian akan disambut dengan model bangunan yang rata-rata berbahan kayu dengan desain yang unik dan berjajar rapi, sehingga menambah suasana tradisional dari kampung ini. Banyak lorong-lorong yang menampakkan kesan klasik untuk spot mengebadikan foto. Di sepanjang jalan, banyak anak-anak yang sedang berkumpul dan bermain. Lalu kami menghampiri mereka dan mengajak berbincang dengan melontarkan pertanyaan rondem yang sederhana. Mareka pun ikut antusias dengan kedatangan kami. Warga kampung Al Munawwar benar-benar sangat ramah menyambut para pengunjung yang datang. Meskinpun sejauh ini, banyak yang tidak mau diajak berfoto, yah mungkin mereka menjunjung tinggi privasi.
INI HASIL FOTO DIAM-DIAM
Setelah puas mengelilingi perkampungan arab Al Munawwar, saya mencoba mencari narasumber dadakan yang bersedia menggali informasi untuk konten blog kali ini. Mawar (nama samara), seorang wanita paruh baya yang bersedia untuk saya jajahi beberapa pertanyaan. Namun, beliau menolak untuk perbincangan kami direkam, alhasil saya pakai teknik manual.
Kampung arab Al Munawwar ini sudah ada sejak 200-300 abad lalu, hingga kini ada lima keturunan yang menetap di sini. Ada satu tradisi yang sangat unik yaitu, mengadakan pernikahan masal setiap tahun sekali. Sayaratnya, tidak memperbolehkan anak perempuan menikah dengan pria luar kampung. Namun, untuk pria diperbolehkan menikah dengan perempuan luar kampung sebab, keturunan ayah sebagai keturunan arab sangat kental.
Kampung Al Munawwar juga memiliki makanan khas yaitu, nasi minyak dengan campuran kismis dan lauk pauk lainnya. Ada pula kesenian khas seperti gambus, mawaris tarian tradisional dan lainnya yang selalu diadakan ketika perayaan hari besar Islam.