Monthly
of Journal
Januari 2019
Happy New Year
!!!!!!
Selamat tahun
baru!!!
Senantiasa
berharap dari tahun ketahun dengan asa diwaktu silam maupun kini. Berharap,
segala sesuatu memulih lebih baik dari tahun sebelumnya. Berharap lebih indah
dari sebelumnya. Berharap ditahun ini aku segera menemukan kebahagiaan. Ya
Kebahagian.
Tahun
ini, kali pertamanya mengecap liburan panjang bagai Andean Kondor yang bebas
mengepakkan sayapnya. Ya, dia si pemilik simbol kebebasan. Perlahan jenuh ini
memberontak, jemu akan monitor kecil dan redupnya pencahayaan.
Mencoba keluar
mencari tempat untuk meregangkan tubuh ini. Muak akan kebisingan, lelah akan
kegundahan yang tak pernah usai.
♫♫♫
Namaku,,,,
panggil saja Ivo, diambil dari bahasa yang ada di pulau korsika sebelah
tenggara daratan Prancis, yang berarti hujan. Bagaimana dengan nama
asliku? Hmm, akanku beri tahu saat diakhir jurnalku di bulan Desember
mendatang.
Aku, manusia
penuh dengan kegelapan dan dirundung kesuraman. Mungkin, hanya memiliki sedikit
celah didalamnya. Manusia dengan banyak keterbatasan, kekurangan, dan keluguan.
Jauh dari kearifan dan penuh dengan kekerasan. Keras bagai baja, kuat akan
kesunyian. Kuat akan akan segalanya, bak beton yang kokoh nan perkasa.
♫♫♫
Hujan adalah
kebahagiaanku yang sedarhana. Bukan karena indahnya pelangi sehabis hujan atau
cantiknya kelabu saat itu. Namun, dengan kesedarhanaannya ia mampu menutupi
pedih ini. Suara rintiknya selalu saja menghipnotisku akan iramanya. Irama yang
selalu berganti disetiap nadanya. Membuatku betah berlama-lama menyentuhnya.
Hai Hujan!!!!
Terima kasih
karena kau telah menjadi motivator akan tulisanku! Terima kasih karena kau
telah menjadi damaiku! Terima kasih karena kau telah menjadi ketenangan didalam
sejukmu! Itu semua membuatku semakin mencintaimu!
Hai Hujan!!!
Kau adalah teman
terbaikku. Kau gemerisik dalam ketenanganku, yang senantiasa menemani hati yang
terluka. Bak warna yang menari di jiwa ini. Andai kau tahu hujan, aku
selalu berharap kepada Tuhan.
Tuhan
Jangan pernah
hentikan hujan untuk selalu melembutkan hati ini. Aku mohon.
♫♫♫
Ada satu hal yang tetap membuatku jatuh cinta padanya. Dari dulu
hingga sekarang. Ya, rasa cintaku pada hujan tak beda jauh dengan musik. Hanya saja,
musik lebih sering menemaniku. Tapi tetap saja, aku mencintai keduanya. Dengan
adanya musik, aku bisa menenangkan perasaan yang selalu bercampur aduk tak
menentu.
Ada beberapa orang yang mengatakanku seorang kutu buku, dan
sebagian lagi, mengatakanku seorang yang periang. Yeah, pasti didalam mindset kalian
seorang kutu buku itu memiliki kepribadian yang tertutup, kuper dan tak jarang
orang mengjudge
freak. What the hell!!
Helloo,,,
Begitu burukkah sosok kutu buku di mata kalian? Aku mau mengklarifikasikannya. Hey,
orang yang suka membaca buku itu mempunyai wawasan yang sangat luas. Cara
berbicaranya saja, sangatlah berbeda. Tahukah kalian, membaca itu adalah
ketenangan dan kesyahduan loh? Yeah, semua itu bagai euforia yang konkret.
Bagaimana dengan
sosok periangku? Entahlah, akupun gamam. Karena kebahagianku tak tahu arah
pulang. Ia hanya mempunyai lapak untuk bersinggah, tidak untuk menetap.
Yeah, selain
mencintai musik dan mendambakan hujan, aku juga menggemari dunia baca tulis.
♫♫♫
Inilah salah satu
tempat persinggahan, yang tidak menutup kemungkinan bangsal pelarianku. Tidak!
Mungkin karena adanya yang menggemparkan hati ini. Atau mungkin, hanya
paradigma sesaat? Yaa, walaupun pada hakikatnya amor ini
salah, dan tidak seharusnya rasa ini ada.
Sudah tiga minggu
terakhir ini aku tidak melihatnya. Bukan karena aku merindunya, atau karena aku
menanti kehadirannya. Hanya saja, waktu ini terasa hambar tanpa presensinya.
Namun sebenarnya, aku ingin sekali berlama-lama memandangnya.
Apakah aku
terjebak didalam filantropi sesaat? Atau hanya mengada euforia yang nyata? Atau
memang seperti ini adanya? Atau justru aku yang mengada-ada? Jujur saja, aku
hanya ingin dicintai. Mencintai dan dicintai, bukan hanya mencintai namun tak
berujung.
♫♫♫
Aku ingin
bercerita, tentang satu hari sebelum pergantian tahun. Siang itu, ada sedikit
percakapan yang membawaku ke suatu tempat, dan pada akhirnya mempertemukan
kami. Semua itu tak terencana, bagiku itu terlalu cepat. Finnaly, aku
duduk berdua dengannya, memandangi sekeliling sambil berhadapan dengan dua
cangkir kopi. Sepertinya, saat itu kami terikat ambigu yang kuat. Mencoba
diam beberapa saat, menunggu siapa yang akan membuka pembicaraan terlebih
dahulu.
Im a winner, sepertinya dia
tidak tahan berada diambang keheningan. Aku menghela napas sejenak, Walau
obrolan kami tidak terlalu banyak, aku sangat menikmati itu.
♫♫♫
Aku belum pernah
mengecap cinta seutuhnya. Yeah, mungkin terdengar sedikit aneh, tapi ini
adanya. Apa arti cinta yang sesungguhnya? Hanya merasa nyaman untuk sesaat?
Atau evokasi yang penuh kelabilan?
Bagaimana caranya
aku mendapatkan cinta yang seperti itu? Duduk bersama melingkari meja makan
saja sangatlah sulit, apalagi melontarkan lelucon yang elementer. Sudah terlalu
lama aku mendambakan obrolan hangat dipagi hari, tatkala mentari menapak di
singgahsananya. Semua itu hanya estimasi dalam kehaluan.
Mungkin,
kebanyakan orang memandangku sebagai seorang hedonisme. Menghamburkan materi
dan hura-hura sana-sini. Please, what do you thing? Aku hanya
berusaha mencari kebahagian. Kebahagiaan.
♫♫♫
Aku masih
saja memandang obrolan singkat semalam. Ingin rasanya dia tahu, kalau hati ini
terguncang olehnya. Sepertinya, aku sedang jatuh cinta.
Sungguh aku takut
akan itu, takut kalau kenyataannya tak sesuai dengan ekspetasi. Namun apadaya,
aku hanya dapat menunggu. Menunggu tanpa adanya asumsi, tanpa adanya limit, dan
tanpa adanya difinit. Hanya saja, sukma ini terus berseteru.
♫♫♫
Yeyy,,,
Malam ini, malam terakhir dibulan Januari. Tidak terasa, waktu begitu
cepat. Bak haluan tanpa batasan. Menerobos, tatkala nikmat ini masih membekas.
Walaupun itu bersifat fana, tidak ada keraguan untuk selalu mensyukurinya.
Good Bye Januari
!!!
#Buat yang pengen
tau selanjutnya, kasih komentar di bawah yaa!😋👌
Thankyou for
reading my journal!!!
Baca terus jurnal
aku selanjutnya yaa!!