2# Dear Ivo (February)

By alnaabee26 - February 28, 2019


Monthly of Journal
February 2019

Welcome February!!!
Selamat datang hari kelahiranku!
Waww, mentari mulai condong ke ufuk timur. Memancarkan keindahan yang hakiki. Ingin sekali berlama-lama menikmati momen ini. Namun, waktu tetaplah waktu. Ia terus bergerak maju, tanpa mau memberi jeda. Yaa begitulah, betapa esensialnya ia sehingga tak lagi melihat orang yang ada di sebelah kanan dan kirinya.
Satu kata yang ingin kuucapkan. Bersyukur. Bersyukur karena Tuhan masih memberiku nikmat. Bersyukur karena Tuhan masih memberiku kesempatan menghirup udaranya, dan bersyukur karena Tuhan masih menghadirkan orang-orang yang mencintaiku. Perlahan aku menghela napas, memejamkan mata dan mulai bernostalgia.
♫♫♫
 Dengan secangkir kopi kesukaanku, aku terus mengamati handphone yang masih kugenggam, menunggu akan balasan obrolan dariku. Sebegitu tidak pentingkah diriku? Padahal sudah terpampang jelas, akan tulisan online.
Mataku mulai lelah,tak jarang aku menguap sembari menunggu notice dari ponselku. Nitt,,,nitt­-
Seketika mataku membesar, aku segera melihatnya. Oh Gosh!!!
 Aku menggeram, melihat sebuah pesan yang tertera, Grub Forum Kpkers Pusat. Euhh, sepertinya malam ini sangat melelahkan. Oke, aku menyerah. Dengan kesal, aku lekas menarik selimut, berharap akan mendapat balasan pesan itu diesok harinya.
♫♫♫
Tiga hari sudah aku menunggu balasan pesan darinya. Ketika terbangun dari tidur, aku bergegas meraih ponsel dan berharap akan ada namanya di bagan whatsappku. Namun, dugaanku salah. Ia sama sekali tidak tertarik membuka pesan dariku.
Sungguh, saat ini aku benar-benar membutuhkan hujan. Aku merindukannya, sangat merindunya. Tatkala awan membisu, seketika kelabu itu datang. Momen itulah yang saat ini kunanti.
Menatap rinai hujan yang perlahan menderas dan perlahan mereda. Merasakan aroma dan sejuknya yang menawan, membuat mata ini enggan berpaling darinya.
♫♫♫

       Ohya, aku mau mengenalkan salah satu teman terdekatku. Namanya Tata, kami bertemu diwaktu yang tak direncanakan.
      Sore itu aku bertemu dengannya, tepatnya di halte. Saat itu hujan tampak deras, sehingga banyak sekali orang yang berteduh dibawahnya. Seketika, ia tak sengaja menginjak sepatuku.
      ”Eh, sorry. Gua ga sengaja” ucapnya kala itu. Kulihat pakaiannya sudah habis diterpa hujan. Aku menggeser posisi dudukku, berusaha memberinya tempat yang lebih nyaman.
      “Lo pakai jaket gue aja” tak tega aku melihatnya yang terlihat sangat kedinginan.
      “Thank’s” ucapnya, seraya tersenyum padaku.
      “Gue Tata, anak psikologi”
      “Gue Ivo,,  dari sastra”
      “Wah, anak sastra lo? Bahasa inggris?”
      “Indonesia”
      Pertemuan yang begitu singkat, namun sungguh berarti. Takku sangka, ternyata Tata orang sangat mengasikkan.
      Ketika bus yang kami tunggu tiba, aku dan Tata pulang bersama. Disana, kami menceritakan banyak hal. Mulai dari keseruan ketika ospke lalu, hingga menceritakan genre musik kesukaan kami.
♫♫♫
     Oke, mungkin kalian bingung dengan tulisan jurnal ku dibulan Januari. Tentang kesedihan dan kepedihan yang aku alami. Baik, aku akan menceritakannya. Sejak kecil, aku dirawat dengan seorang pengasuh. Orang tua yang sibuk akan pekerjaan mereka, membuatku haus akan kasih sayang. Bukan hanya saat aku masih dini. Justru, hingga umurku menginjak 18 tahun, aku masih absurd dengan kebahagiaan.
      Malam itu, aku mendengar pertengkaran yang begitu dahsyat. Sehingga mereka mengeluarkan kalimat yang selama ini aku takuti. Saat itu umurku masih 12 tahun, terlalu dini untuk mengambil keputusan yang sangat berat. Alhasil, aku tak pernah menghiraukan mereka. Aku tak bertegur sapa dalam waktu panjang. Memang durhaka, ketika orang tua ingin menenangkan anaknya, namun aku tak pernah mengubris mereka. Apa bedanya dengan mereka? Yang terlihat tanpa dosa, teriak kesana-kesini? Berkoar bak api setiap hari? Apa mereka tak ada rasa empati dengan anak mereka sendiri?
      Setiap hari doaku untuk mereka, setiap hari semangat ku karena mereka, tapi mengapa mereka tidak sedikitpun memberiku kebahagiaan?
Apa memang seperti takdirku? Apa ini karena kesalahanku? Oh Tuhan, setiap harinya aku mendengar cerita betapa bahagianya teman-teman ku. Sedangkan aku, hanya ikut bersimpati mendengarkan cerita mereka.
      And the end, karena keputusan ku yang tak mau berbicara dengan mereka. Akhirnya mereka mengerti mau ku, dan sampai kini keluarga ku masih utuh. Sebenarnya aku cukup senang akan keputusan itu, tapi tetap saja, perasaan kecewa itu masih ada. Kendati kejadian itu sudah berlalu. Pertengkaran itu kerap terjadi setiap hari, tak ada hari tanpa makian, tak ada hari tanpa keributan. Perpisahan itu memang tidak terjadi, tapi tetap saja papa selalu sibuk dengan kerjaannya, dan mama yang penuh akan pedulinya, kini mulai memudar. Meskipun begitu, i still love you to the stars and back๐Ÿ’—
♫♫♫


      Yeah, itulah cerita singkat kehidupan ku.






<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-8331641824376611",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>

  • Share:

You Might Also Like

0 comments