Esensi Rasa
Jiwa hampa tak berasa
Kian berkobar patahkan hati
Kau berseru penuh elusif
Haruskah berakhir seperti ini?
Lalu kembali berseru
Ingatkah
Tempat pertama kali kita berjumpa?
Saat kau dan aku menunggu hujan reda,
Dikala penghujung Desember
Ingatkah
Penyair kesukaan kita?
Kahlil Gibran, idolaku
Jalaludin Rumi, panutanmu
Ingatkah
Senandung favorit kita?
Alunan penuh jenaka
Sembari menatap estetika di ujung sana
Kau berasumsi
Bahwa akulah segalanya
Kau berasumsi
Aku takkan terganti
Sudahlah
Itu sekedar estimasi saja
Hanya intuisi semata
Meski kita saling cinta
Jangan bersedih
Lara yang kucampakkan
Tak sepilu raga ini
Perlahan, ambigu berkecamuk membara ria
Kau harus tahu
Bagaimana mungkin aku melakukannya?
Sungguh takkan rela
Namun, ada yang tega melakukan
Kau tahu siapa?
Dialah takdir yang tak bisa dibantah
<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
google_ad_client: "ca-pub-8331641824376611",
enable_page_level_ads: true
});
</script>
3 comments
Maaff karena #Dear Ivo (March) ga aku publish🙏🙏
ReplyDeleteMantap be, teruskan kami suport trus
ReplyDeleteMakasih
Delete