#journey3
“Jarak
tidak selalu menjadi tolak ukur dalam sebuah perjalanan,tetapi waktu adalah
perihal yang paling dominan”
Perjalanan ini tidak hanya berakhir disini.
Bengkulu, Sabtu 09 Maret 2019. Saya melanjutkan perjalanan di
tempat yang sama, Bengkulu. Kali ini pertama kalinya saya pergi mengunjungi tempat
yang beraroma air. Target saya kali ini adalah daerah Kepahiyang, yang jaraknya
tidak terlalu jauh dari pusat kota. Perjalanan di bulan Maret ini, saya
ditemani dengan Risa, Yolan, Bida, Sekat, Kedat, Andika dan satu lagi saya lupa
namanya. Rencananya kami berkumpul pukul 09.00 WIB, tetapi malah saya yang
menjadi penghabat perjalanan kali ini. Kendati demikian, mereka tetap menunggu
saya hingga pukul 11.00 WIB. Memang ironi, menunggu selama dua jam penuh
bukanlah hal yang menyenangkan, tetapi saya bersyukur karena mereka masih
bersedia menunggu saya. Sorry and thankyu :v
Lalu, pukul 11.15 WIB kami berangkat dari kota Bengkulu menuju
Kepahiyang. Waktu yang kami tempuh, kurang lebih satu setengah jam. Untung saja
sore itu tidak terlalu banyak kendaraan yang berlalu-lalang, sehingga membuat
perjalanan kami lancar. Ketika tiba di Kepahiyang, kami sibuk dengan google
maps yang katanya akan menjadi pemandu kami dalam perjalanan hari ini.
Ada sedikit anekdot yang ingin saya ceritakan, ketika kami
sedang merangkak mencari jalan menuju air terjun Batu Kampit, tiba-tiba sendal
jepit saya terlepas dari kaki, dan motor terus melaju. Entah apa yang saat itu
saya pikirkan mungkin saja saya mengantuk, sehingga swallow saya
terlepas. Auto saya terkejut, menepuk pundak teman saya dan memintanya
memberhentikan motor. Ketika kejadian itu terjadi, banyak sekali anak yang
berseragam merah putih yang sedang dalam perjalanan pulang dan melintas di
sekitar kami. Otomatis, sendal jepit; swallow saya menjadi sorotan dan
bahan tawa teman-teman saya. Meskipun begitu Kedat, teman saya langsung
mengambil sendal jepit saya yang terjatuh di tengah jalan. Sungguh memalukan#garing
Tepat pukul 13.20 WIB kami menemukan lokasi Curug Batu Kampit,
karena memang tempatnya yang sedikit tertutup, membuat kami sedikit susah untuk
menemukan lokasi. Setelah memarkirkan motor, kami segera turun kebawah
satu-persatu. Tidak membutuhkan waktu yang panjang untuk turun sampai ke lokasi.
Speechless, saya diam sejenak dan memandang keadaan sekitar. Sungguh ini
pertama kalinya saya melihat air terjun secara nyata, ya biasanya hanya melihat
dari google.#wkwk
Sebenarnya saya sedikit disappointed, karena memang agak
sedikit susah untuk mendapatkan spot terbaik well, i enjoyed. Perjalanan
kali ini sedikit membuat saya kewalahan, tubuh yang tidak terlalu fit ditambah
dengan minimnya olahraga, membuat saya kelelahan. Yap, its’n make me give
up.
Perjalanan kami lanjut, yeah Air terjun Sengkuang. Jaraknya yang
dekat dengan lokasi pertama tadi, membuat saya exacited. Tepat pukul
14.30 kami tiba di lokasi, sebelum masuk kami harus membayar registrasi
terlebih dahulu. Hanya Rp. 5000,-/orang, tentu tidak terlalu mahal untuk badget
kami yang pas-pasan. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan masuk kurang
lebih 100 meter. Suara derasnya debit air mulai terdengar ditelinga saya,
sungguh tak sabar berjalan kebawah sana. Eitss, before that kami harus
melewati anak tangga yang cukup membuat saya terengah karenanya.
Wahh, spot yang satu ini sangat berbeda dengan sebelumya, kalau
yang tadi sulit mendapatkan spot, kini dengan mudah kami menikmati keindahan
sekitar. Karena memang wisata Sengkuang ini sudah dikenal banyak orang,
berbanding balik dengan Curug Batu Kampit yang sepi dan terlihat tidak terawat.
Oke, i wanna tell you about my expectation. Honestly, im very
sad when i look on my eyes. Sungguh
jauh dari prospek yang saya harapkan ketika saya searching sebelum
perjalanan ini dimulai, cause i dont know before it. Well, aliran air
yang jernih kini pekat tak kasat akan warnanya yang karat. Spot yang bersih
akan sampah, kini berubah entah siapa yang menjajah. Saya yang awalnya ingin
langsung merasakan dinginnya, sontak terkejut dibuatnya. Lagi-lagi saya terdiam
menatap aliran yang sangat disayangkan. I don’t want to blame whoever. Tetapi
siapa yang sudah melakukan hal tak beradab ini? Siapa yang mau
bertanggungjawab? Siapa yang berani merehab? Akankah hal ini terus berlajut
akan orang yang biadab? Adakah yang mau menjawab?
Hobby traveling, tapi low badget?Begini solusinya!
Hobby traveling, tapi low badget?Begini solusinya!
That’s all my story on first March,,,
Bengkulu, 03 Mei 2019
2 comments
👍
ReplyDeleteMari kita memburu air jatuh lagi
ReplyDelete