Rangupan Mata Air Batu Kampit Dan Sengkuang

By alnaabee26 - May 27, 2019


#journey3




“Jarak tidak selalu menjadi tolak ukur dalam sebuah perjalanan,tetapi waktu adalah perihal yang paling dominan”

Perjalanan ini tidak hanya berakhir disini.
Bengkulu, Sabtu 09 Maret 2019. Saya melanjutkan perjalanan di tempat yang sama, Bengkulu. Kali ini pertama kalinya saya pergi mengunjungi tempat yang beraroma air. Target saya kali ini adalah daerah Kepahiyang, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pusat kota. Perjalanan di bulan Maret ini, saya ditemani dengan Risa, Yolan, Bida, Sekat, Kedat, Andika dan satu lagi saya lupa namanya. Rencananya kami berkumpul pukul 09.00 WIB, tetapi malah saya yang menjadi penghabat perjalanan kali ini. Kendati demikian, mereka tetap menunggu saya hingga pukul 11.00 WIB. Memang ironi, menunggu selama dua jam penuh bukanlah hal yang menyenangkan, tetapi saya bersyukur karena mereka masih bersedia menunggu saya. Sorry and thankyu :v
Lalu, pukul 11.15 WIB kami berangkat dari kota Bengkulu menuju Kepahiyang. Waktu yang kami tempuh, kurang lebih satu setengah jam. Untung saja sore itu tidak terlalu banyak kendaraan yang berlalu-lalang, sehingga membuat perjalanan kami lancar. Ketika tiba di Kepahiyang, kami sibuk dengan google maps yang katanya akan menjadi pemandu kami dalam perjalanan hari ini.
Ada sedikit anekdot yang ingin saya ceritakan, ketika kami sedang merangkak mencari jalan menuju air terjun Batu Kampit, tiba-tiba sendal jepit saya terlepas dari kaki, dan motor terus melaju. Entah apa yang saat itu saya pikirkan mungkin saja saya mengantuk, sehingga swallow saya terlepas. Auto saya terkejut, menepuk pundak teman saya dan memintanya memberhentikan motor. Ketika kejadian itu terjadi, banyak sekali anak yang berseragam merah putih yang sedang dalam perjalanan pulang dan melintas di sekitar kami. Otomatis, sendal jepit; swallow saya menjadi sorotan dan bahan tawa teman-teman saya. Meskipun begitu Kedat, teman saya langsung mengambil sendal jepit saya yang terjatuh di tengah jalan. Sungguh memalukan#garing
Tepat pukul 13.20 WIB kami menemukan lokasi Curug Batu Kampit, karena memang tempatnya yang sedikit tertutup, membuat kami sedikit susah untuk menemukan lokasi. Setelah memarkirkan motor, kami segera turun kebawah satu-persatu. Tidak membutuhkan waktu yang panjang untuk turun sampai ke lokasi. Speechless, saya diam sejenak dan memandang keadaan sekitar. Sungguh ini pertama kalinya saya melihat air terjun secara nyata, ya biasanya hanya melihat dari google.#wkwk
Sebenarnya saya sedikit disappointed, karena memang agak sedikit susah untuk mendapatkan spot terbaik well, i enjoyed. Perjalanan kali ini sedikit membuat saya kewalahan, tubuh yang tidak terlalu fit ditambah dengan minimnya olahraga, membuat saya kelelahan. Yap, its’n make me give up.

Perjalanan kami lanjut, yeah Air terjun Sengkuang. Jaraknya yang dekat dengan lokasi pertama tadi, membuat saya exacited. Tepat pukul 14.30 kami tiba di lokasi, sebelum masuk kami harus membayar registrasi terlebih dahulu. Hanya Rp. 5000,-/orang, tentu tidak terlalu mahal untuk badget kami yang pas-pasan. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan masuk kurang lebih 100 meter. Suara derasnya debit air mulai terdengar ditelinga saya, sungguh tak sabar berjalan kebawah sana. Eitss, before that kami harus melewati anak tangga yang cukup membuat saya terengah karenanya.
Wahh, spot yang satu ini sangat berbeda dengan sebelumya, kalau yang tadi sulit mendapatkan spot, kini dengan mudah kami menikmati keindahan sekitar. Karena memang wisata Sengkuang ini sudah dikenal banyak orang, berbanding balik dengan Curug Batu Kampit yang sepi dan terlihat tidak terawat.
Oke, i wanna tell you about my expectation. Honestly, im very sad when i look on my eyes. Sungguh jauh dari prospek yang saya harapkan ketika saya searching sebelum perjalanan ini dimulai, cause i dont know before it. Well, aliran air yang jernih kini pekat tak kasat akan warnanya yang karat. Spot yang bersih akan sampah, kini berubah entah siapa yang menjajah. Saya yang awalnya ingin langsung merasakan dinginnya, sontak terkejut dibuatnya. Lagi-lagi saya terdiam menatap aliran yang sangat disayangkan. I don’t want to blame whoever. Tetapi siapa yang sudah melakukan hal tak beradab ini? Siapa yang mau bertanggungjawab? Siapa yang berani merehab? Akankah hal ini terus berlajut akan orang yang biadab? Adakah yang mau menjawab?
Hobby traveling, tapi low badget?Begini solusinya!
That’s all my story on first March,,,

Bengkulu, 03 Mei 2019

  • Share:

You Might Also Like

2 comments