Kali Kedua Ke Pulau Sebuku

By alnaabee26 - October 17, 2019


#journey12


       
“Ini bukan tentang siapa yang bertanggung jawab, bukan pula tentang siapa yang berbuat,tetapi apa salahnya jika tidak menjadi perusak”

Saya yang merindukan indahnya pulau sebuku,mencoba kembali lagi setelah delapan bulan berpisah. Tentu saya senang,bisa menikmati gunung Krakatau dari kejauhan tatkala perahu berlayar. Kali kedua ini saya menggunakan perahu kecil, tidak ada lantai dua,tidak ada awak kapal,tidak ada pria di prahu menuju pulau Sebuku seperti CERITA SEBELUNYA:Pria Misterius di Kapal
Sore itu saya berangkat dari dermaga Canti bersama penduduk sekitar-yang bertujuan ke pulau Sebesi maupun pulau Sebuku.Banyak anak-anak usia 8 sampai 12 tahun,ada juga bapak-bapak dan ibu-ibu yang tersenyum ramah pada saya.Saya sempat berbincang dengan wanita paruh baya yang sedang menggendong anaknya yang kira-kira berusia 12 bulan.Ternyata sebagian warga yang satu perahu dengan saya akan pergi panen petai dan cabai di pulau Sebuku, sebagian lagi penduduk asli pulau Sebesi yang kembali karena waktu libur anak mereka akan berakhir.Saya terdiam,termangu sembari angin berhembus ria.

Dear 13.01.19 pulau Sebuku, Lampung Selatan. Kota yang penuh akan bahari nan indah. Pasir putih yang membencah. Anak Krakatau yang berdarah. Rumah bagi Gajah.Rajabasa yang dinanti penjelajah.Keripik pisang yang renyah, dan berbagai macam wisata yang melimpah.    
     Tulisan ini berbeda dengan ‘journey’ yang lainnya. Lebih berisi curahan saya mengenai perbedaan waktu dalam tempat yang sama.Tentang hancurnya hati, setelah menyaksikan keadaan secara nyata.
Hanya dalam kurun waktu dua triwulan dapat mengubah keadaan menjadi miris. Awalnya tidak ada satupun sampah, ranting, kayu, daun kering, ataupun gabus.Sejauh mata memandang hanya hamparan laut biru, jernih ketika menengadah jauh ke bawah sana.
Namun kini? Lautan dipenuhi buih-buih limbah,tidak sedikit kayu,dedauan dan ranting yang terombang-ambing. Ada juga sampah plastik; bungkus pop mie, bungkus snack,bungkus permen dan botol aqua. Masih banyak sampah lainnya yang tidak perlu saya sebutkan,lagipula sampah tetaplah sampah. Agnostik meraja sehingga menimbulkan kemurkaan yang melukai banyak orang.
Apa salahnya jika saling menjaga?
Apa salahnya jika tidak mengacak-acak?
Setidaknya belajar untuk tidak menjadi perusak...
            Pulau Sebuku sudah terlihat,sampahnya pun semakin jelas dipandang.Perahu menepi,artinya saya akan berpijak lagi di atas pulau ini.Matahari tenggelam seiring menjauhnya perahu menuju pulau Sebesi.
    
    
    



  • Share:

You Might Also Like

1 comments