#journey12
“Ini bukan tentang siapa yang bertanggung jawab,
bukan pula tentang siapa yang berbuat,tetapi apa salahnya jika tidak menjadi
perusak”
Saya yang merindukan
indahnya pulau sebuku,mencoba kembali lagi setelah delapan bulan berpisah.
Tentu saya senang,bisa menikmati gunung Krakatau dari kejauhan tatkala perahu
berlayar. Kali kedua ini saya menggunakan perahu kecil, tidak ada lantai
dua,tidak ada awak kapal,tidak ada pria di prahu menuju pulau Sebuku seperti
CERITA SEBELUNYA:Pria Misterius di Kapal
Sore itu saya berangkat dari
dermaga Canti bersama penduduk sekitar-yang bertujuan ke pulau Sebesi maupun pulau
Sebuku.Banyak anak-anak usia 8 sampai 12 tahun,ada juga bapak-bapak dan ibu-ibu
yang tersenyum ramah pada saya.Saya sempat berbincang dengan wanita paruh baya yang
sedang menggendong anaknya yang kira-kira berusia 12 bulan.Ternyata sebagian
warga yang satu perahu dengan saya akan pergi panen petai dan cabai di pulau Sebuku,
sebagian lagi penduduk asli pulau Sebesi yang kembali karena waktu libur anak
mereka akan berakhir.Saya terdiam,termangu sembari angin berhembus ria.
Dear 13.01.19 pulau Sebuku,
Lampung Selatan. Kota yang penuh akan bahari nan indah. Pasir putih yang
membencah. Anak Krakatau yang berdarah. Rumah bagi Gajah.Rajabasa yang dinanti
penjelajah.Keripik pisang yang renyah, dan berbagai macam wisata yang melimpah.
Tulisan
ini berbeda dengan ‘journey’ yang lainnya. Lebih berisi curahan saya
mengenai perbedaan waktu dalam tempat yang sama.Tentang hancurnya hati, setelah
menyaksikan keadaan secara nyata.
Hanya dalam kurun waktu dua
triwulan dapat mengubah keadaan menjadi miris. Awalnya tidak ada satupun
sampah, ranting, kayu, daun kering, ataupun gabus.Sejauh mata memandang hanya
hamparan laut biru, jernih ketika menengadah jauh ke bawah sana.
Namun kini? Lautan dipenuhi
buih-buih limbah,tidak sedikit kayu,dedauan dan ranting yang terombang-ambing.
Ada juga sampah plastik; bungkus pop mie, bungkus snack,bungkus permen dan botol
aqua. Masih banyak sampah lainnya yang tidak perlu saya sebutkan,lagipula
sampah tetaplah sampah. Agnostik meraja sehingga menimbulkan kemurkaan yang
melukai banyak orang.
Apa salahnya jika saling
menjaga?
Apa salahnya jika tidak
mengacak-acak?
Setidaknya belajar untuk
tidak menjadi perusak...
Pulau Sebuku sudah terlihat,sampahnya pun semakin
jelas dipandang.Perahu menepi,artinya saya akan berpijak lagi di atas pulau ini.Matahari
tenggelam seiring menjauhnya perahu menuju pulau Sebesi.
1 comments
kapan ya aku kesana
ReplyDelete