Siring Transparan Lemo Nakai

By alnaabee26 - November 11, 2019

#journey13

“Untuk pertama kalinya menikmati ‘siring’ terjernih di Indonesia”
Part 1
            Perjalanan ini pertama kalinya saya pergi ke arah yang berbeda. Daerah yang sama sekali belum pernah saya jajahi, tapi justru membekas cerita yang takkan terganti. Semua rasa berkumpul seakan sedang reunian di tempat yang salah.
            Saya, Yolan, Bida, Tacat, Pangin, Sekat, Ceturi, dan Bekicot (plis jangan julid nama mereka, tu nama kagak bisa lu beli woi)berangkat dari kota Bengkulu menuju kawasan wisata Lemo Nakai, Desa. Batu Raja, Kec. Hulu Palik, Kab. Bengkulu Utara. Bagai srikandi yang sok tangguh-tapi emang kami tangguh, katanya.
Jujur, saya sama sekali belum pernah pergi kearah Bengkulu Utara. Tentu was-was lagipula kami perempuan semua-demi keselamatan, kami berdoa dulu sebelum berangkat. Ditengah terik matahari saya sampai di kediaman temannya Bida (temen SMA, sorry gue lupa namanya, anggep aja Dio).Karena memikirkan track yang lumayan huh, mana beberapa hari terakhir ini musim hujan, Dio mengajak temannya untuk menemani kami selama di perjalanan(namanya Tio;samaran).
Perjalanan dimulai, tracknya lumayan memakan tenaga. Tanah merah ditambah bebatuan, membuat sedikit susah memilah mana jalan yang tepat untuk di lewati. Butuh waktu 2 jam untuk sampai dimana kami dibingungkan dengan cuaca yang tidak bisa ditebak. Banyak sekali tanjakan dan turunan curam, yang dikhawatirkan kami tidak bisa mengeluarkan motor dengan keadaan jalan yang seperti itu.
Akhirnya kami memutuskan untuk memarkirkan motor yang berjarak 30 menit dari lokasi. Kami haking dengan senang hati, menikmati suasana yang tidak ditemukan di ibu kota. Damai, sejuk, tentram, hanya ada suara desiran pohon yang saling bergesek. Suara debit air mulai terdengar, kami memperbesar langkah. Untuk menuju air terjun Lemo Nakai kami harus melewati aliran air yang lumayan deras, banyak batu-batu besar juga disana.
Air terjun Lemo Nakai sudah didepan mata, lelah terganti akan pegal yang menimpa. Tak sia-sia kaki terlumuri tanah merah. Saya duduk sejenak di atas batu besar sebelum mendekat ke kedapan sana. Mengamati keindahan yang ada di sekeliling. Mungkin, akses jalan yang kurang memadai, menjadikan Lemo Nakai asri dan jarang terjamah oleh manusia. Lemo Nakai salah satu air terjun unik dari beberapa yang pernah saya jumpai. Ia berada di tengah cincin goa yang memiliki ketinggian empat hingga enam meter.
Melihat air yang begitu jernih membuat saya, Yolan, Bida dan Pangin memutuskan untuk mandi. Baru saja bersiap menyingkirkan henpon ke dalam tas, tiba-tiba Dio memanggil Bida. Kemudian menghampiri kami bersama Bida-yang terliat semburat kecewa di wajahnya.
“Eh,ga usah mandi di sini, takutnya ada air bah dateng. Kayaknya mau hujan juga nih” ucap Dio.
Eh buset ni orang, baru aja nyelup kaki ke aer udah nyerodok ngebet ngajak pulang, kan kesel.
 Bida memberi kode agar kami segera bergegas. “Yaelah, gue bela-belain ga mandi dari rumah biar mandi di sini, eh malah disuruh pulang-,”
“Kalo emang mau mandi kalian bisa mandi di ‘siring’, gak jauh dari sini kok” ucap Dio, sepertinya ia paham garis wajah kami.
Siring? Aelah elu pikir ikan cere apa, ngajak mandi di siring
Saya dan yang lainnya nurut-nurut aja, lagipula kami hanya pendatang yang tidak tahu kondisi sekitar. Hujan mengguyur kami yang baru saja keluar 100 meter dari atas. Pakaian kami basah kuyup, perjalanan semakin menggebu adrenalir. Sudah berapa kali saya dan Yolan hampir terjatuh dari motor akibat tanah merah ditambah hujan deras. Kaki dan kedua tangan dibuat pegal karena menahan motor agar tatap seimbang.
30 menit berlalu, akhirnya kami menemukan jalan aspal-yang sudah sompel pula. Di sebelah kirinya terdapat aliran air jernih sedalam satu meter. Bida dan Sekat yang memimpin di depan meminggirkan motor sehingga kami yang berada di belakang ikut berhenti. “Ada apa?”saya memasang raut bingung, yang lain pun begitu.Bida menjelaskan kalau ‘siring’ ini aliran dari Lemo Nakai, yang biasa digunakan penduduk untuk mandi, apalgi sekarang musim kemarau. Awalnya kaget, serius ni mau mandi di pinggir jalan gini? Banyak warga yang lalu-lalang lagi! Bodo amat dah!
Kami langsung loncat dan menikmati segarnya aliran air Lemo Nakai. Saya pikir arus airnya tenang, ternyata deras sekali sehingga tumpuan kaki harus bisa menahan tubuh agar tidak ikut terbawa arus. Suara kami pecah, menggigil menahan dingin yang mulai menusuk kulit. Airnya yang jernih dapat melihat keadaan yang ada di sepanjang siring.
Saya berfikir, mana ada siring sejernih ini. Siring yang biasa saya temukan bau,kotor dan dipenuhi sampah.Apa lagi di kota-kota besar yang ada di luar sana. Oh ya satu lagi di daerah Kepahiyang yang punya siring bersih serupa dengan Lemo Nakai. Sungguh luar biasa siring bersih bisa kalian temukan di daerah Kota Bengkulu.
be continued.... 

[part 2]

  • Share:

You Might Also Like

0 comments