Tempat Tersembunyi di Linau

By alnaabee26 - October 06, 2019


#journey10






“Perahu kosong yang terombang-ambing di atas tapaknya, pertanda pasang akan datang”
            Tempat tersembunyi? Benarkah? Benteng peninggalan Belanda? Atau markas persinggahan bangsa Portugis? Jangan-jangan kerajaan iblis tersembunyi yang sekarang lagi naik daun di televisi?
            Bukan! Ini tempat persembunyian yang dapat mengutuk siapa saja yang melihat! Melewati apalagi berdiam diri disana! Bisa-bisa dikutuk sihir ‘tak ingin kemana-mana’. Haha
            Becanda! Tapi ini serius! Tempat ini baru saja mengutuk saya beberapa bulan lalu. Jadi begini, setelah saya kecewa dengan bagian sebelumnya,Eis membawa saya ke lain tempat-yang katanya dapat menghilangkan rasa kecewa saya.
            Well, abrakadabra! Saya terkesima, senang.
            Ada yang tau pantai Linau? Tapi sebagian menyebut pelabuhan Linau? Nah itu dia! Letaknya yang sangat strategis membuat siapa saja yang lewat takjub dibuatnya. Menurut saya pribadi, jarang melihat laut berwarna biru muda tepat di bibir pantai, tepat di pinggir jalan lintas Selatan. Intinya bagus banget woi!

            Tapi bukan itu tempat persembunyian yang saya maksud. Saya yang punya niat berenang dari rumah, ngotot nyari tempat tertutup biar bisa maen aer, ya kali gue berenang di pinggir jalan.
            Sore bersiap pergi, itu artinya malam akan tiba. Kami berhenti sebentar tepat di pinggir jalan, saya berfikir sejenak dan memutuskan untuk tetap mandi. Dari tempat pemberhentian, saya melihat ada jalan setapak yang dirimbuni pohon kelapa. Saya meminta Eis untuk menghampiri jalan itu, dalam hati saya berharap semoga ada tempat untuk berenang hihi.

            Kurang lebih dua ratus meter dari depan, kami menemukan tempat yang tertimbun gundukan pasir putih-yang sepertinya terbentuk secara alamiah. Di situ juga luang dari pepohonan, otomatis di balik gundukan pasir itu adalah laut. Asik nih!
            Tebakan gue bener cuy! Ombaknya tidak terlalu besar seperti di depan tadi, sehingga cocok buat berenang. Alih-alih saya melepaskan sendal dan langsung berburu kolam asin. Saya berenang ditemani perahu para nelayan yang sedang duduk anggun terombang laut pasang. Auto bete gue ilang dong!

            Senja datang. Seolah tak ingin melewati waktu berharga, saya berusaha keras untuk naik ke atas perahu-yang niatnya mau tiduran gitu, ala-ala bule di tepi pantai wkwk. Ternyata susah woi! Badan gue kebaratan! Et tapi gue gak nyerah gitu aja dong. Akhirnya, usaha saya berhasil untuk menikmati matahari terbenam di atas perahu goyang. Menarik untuk dibaca

           
           
               

  • Share:

You Might Also Like

2 comments