Keren, Bayar Bensin Via Transfer
By alnaabee26 - December 15, 2019
#journey14
“Mi ayam pangsit telur pakek timun?”
Part 2
Setelah mandi (bagian sebelumnya [part1]: siring terbersih di...), perut kami menggerutu minta jatah. Saya dan rombongan lainnya mencari warung makan dengan pakaian basah. Sampailah kami di sebuah warung yang tidak begitu besar dan segera memesan makanan. Ada yang pesan mi ayam pangsit, soto ayam, bakso telur, dan bakso urat. Karena cuaca yang dingin, semua menu pada saat itu sangat menggugah selera.
Saya dan Yolan yang duduk berhadapan, saling pandang ketika dua porsi mi ayam pangsit pesanan kami, sudah tiba di depan mata. Hari itu saya nobatkan sebagai hari dimana saya makan mi ayam pangsit pakai telur rebus disertai dua potong timun. Kami geleng-geleng kepala tidak percaya bahwa mi ayam pangsit ada toping telur rebus dan timun, baru tau gue haha. Gue minta maap karena ga sempet dokumentasi mi ayam yang asli, fyi karena pada saat itu gue laper bgtt, jadi ya kebablasan hihi.
Sebenarnya ada sedikit konflik yang terjadi antara kami dan pemilik warung, tidak perlu saya ceritakan. Yang jelas itu hanya sebuah kesalahpahaman semata, dan kami jadikan itu sebuah pelajaran.
Hari mulai gelap, kami bergegas pergi menuju kota Bengkulu. Truk-truk mulai banyak bersileweran. Saya dan Yolan ketinggalan rombongan, karena motor yang saya bawa tidak melaju kencang. Alhasil kami tertinggal jauh, yang lebih parahnya bahan bakar kami habis di tengah jalan. Mau tidak mau kami harus membawa motor ke pinggir jalan. Kami kehabisan akal, bagaimana ini?
Pada saat itu saya bertanya kepada seorang wanita tua yang sedang duduk santai di depan rumah. Kata beliau, jarak untuk keluar desa menuju jalan utama masih jauh. Auto kami panik, saking paniknya kami tidak menyadari bahwa kami berhenti tepat di seberang musholah. Syukur nya lagi ada warung yang menjual minyak eceran di sampingnya. Kami mengelus dada, alhamdulillah.
Namun, ujian yang Allah berikan tidak hanya sampai disitu. Ternyata kami kehabisan uang untuk membeli bahan bakar. Mana henpon kami pada low bat. Semua rasa tercampur aduk, ingin rasanya berteriak, menangis, tertawa dengan keadaan yang terjadi. Tidak habis pikir, bahwa kami akan mengalami hal seperti ini. Saya memapah motor ke depan warung dan berniat untuk menumpang istirahat. Banyak warga yang menatap kami dengan pandangan ‘ada apa?’. Awalnya kami sempat berfikir untuk menginap semalam di musholah, tapi kami menimbang keputusan tersebut. Akhirnya kami mendapat jalan tengah untuk menghampiri pemilik warung. Jujur saja, dengan berat hati kami memutuskan untuk...
“Maaf Pak, apa boleh kami beli bahan bakarnya? Tapi, bayarnya lewat transfer karena, kami kehabisan uang. Sehabis kami tiba di Bengkulu, akan segera kami transfer Pak” ucap kami memelas, sebisa-bisanya memasang wajah dikasihani. Namun, bapak itu tidak mau memenuhi keinginan kami. Katanya, ‘Di sini sulit mendapatkan bahan bakar’. Kami tertunduk kecewa.
“Sini nak motornya, biar bapak kasih saja walau tidak seberapa. Semoga kalian bisa sampai kota Bengkulu”Kami bersyukur sekali, masih ada orang baik yang mau menolong kami. Ya Allah, senang minta ampun!
Kejadian hari itu menjadi pelajaran kesekian kalinya untuk saya, pun Yolan. Bahwa manajemen dalam sebuah perjalanan sangat ngat ngat ngat penting. Semoga kalian tidak mengalami kejadian seperti kami.
0 comments