Part 1
Pernah merasakan gagal dalam perjalanan? Misal ada konflik, atau mungkin kehabisan tenaga, logistik, waktu dan tidak menutup kemungkinan kekurangan ongkos? [menarik untuk dibaca: Keren, Bayar Bensin Via Transfer . Bisa jadi kesehatan atau situasi yang tidak memungkinkan, untuk bisa melanjutkan perjalanan, pernah?
Lagi-lagi perjalanan kali ini, saya ditemani Yolan, Ejak dan Risa. Bosan rasanya bertemu wajah mereka:v ini joking ea cuyyyy, swer gue ga pernah bosen, apa lagi selengekan khalean bhaha. Kami memacu kendaraan dari kota Bengkulu menuju Bengkulu Tengah. Alih-alih memilih tempat yang tidak terlalu jauh dari kota, karena kami berangkat ketika matahari teng di angka dua belas.
Bagi masyarakat Bengkulu tentu sudah tidak asing lagi dengan wisata Air Terjun Datar Lebar, lokasinya di Kawasan Hutan Lindung Taba Penanjung, Desa Datar Lebar, Kabupaten Bengkulu Tengah. Jarak untuk masuk sekitar 6 km, melewati beberapa desa dan hutan dengan tanjakan dan aspal yang tinggal 20% lagi. Sangat disayangkan, akses menuju lokasi tidak memadai wisatawan, pun masyarakat yang ada di sana. Warga sekitar harus keluar-masuk melewati jalan yang dipenuhi bebatuan untuk menuju sekolah, pasar dan sarana lainnya. Setelah melakukan sedikit riset, ternyata warga setempat sudah sering sekali mengajukan perbaikan jalan, namun hingga kini belum ada respon.
Sesampainya, kami bertemu dengan mas Irawan, salah satu warga yang menyapa ramah kami. Ia menawarkan kami untuk menitipkan motor di halaman rumahnya. Tentu kami tidak menolak, ada-ada saja orang baik. Banyak anak-anak yang menyambut kedatangan kami dengan senang. Kami iseng mengajak mereka untuk ikut kami ke atas dengan alibi ‘makanan’, namun tidak mempan.
Awalnya, kami tidak tau pasti alasan mengapa mereka tidak mau menemani kami sampai lokasi, hanya sampai pintu hutan dan mengarahkan kami untuk mengikuti arah paralon air yang katanya akan membawa kami ke air terjun Datar Lebar. Setelah berjalan hampir satu jam, terlihat bebatuan besar-kami tebak itu adalah aliran dari air terjun Datar Lebar. Kami geleng-geleng, pantas saja tidak terdengar suara air dari kejauhan, toh sekarang lagi kemarau, sehingga hanya ada genangan air dan aliran kecil serta bendungan yang kering. Hari mulai sore, tapi kami tak jua sampai. Mungkin ini alasan anak-anak tidak mau menemani kami?
CKREK SEBELUM TURUN KE BAWAH
Satu dari kami mengusulkan untuk menyudahi perjalanan, menimbang semakin masuk kedalam semakin hutan rimbun, suhu pun mulai menurun, mengingat kami hanya berempat dan belum terlalu hafal dengan jalan pulang, takutnya kemalaman. Akhirnya, kami memutuskan turun kebawah untuk melepas penat di atas batu besar. Untung saja diantara kami tidak ada yang egois memaksa melanjutkan perjalanan, walaupun itu kesalahan kami yang berangkat terlalu siang. Masing-masing dari kami membawa bekal dari rumah, rencananya mau dimakan di depan air terjun Datar Lebar, tapi belum kesampean. Kemudian, Ejak memberi saran untuk makan bersama di air terjun Sengak saja, karena hari mulai gelap kami hanya berceloteh sambil makan gorengan yang dibeli di pinggir jalan tempat kami berkumpul.ISTIRAHAT SAMBIL MAKAN GORENGAN
Setelah gorengan habis dan kembali mengumpulkan tenaga, kami bergegas turun. Benar saja, ketika sedang berada di tanjakan terkahir sebelum keluar desa, hujan deras berhasil mengguyur, tapi tidak semangat kami. Untuk kamu yang membaca ini, ingat “Tidak semua perjalanan dapat diselesaikan, harus ada kerelaan untuk menghadapi kenyataan, bahwa perjalanan bukan tentang waktu, tapi persiapan”
Datar Lebar, sampai bertemu kembali di lain hari. Salam dari kami, nanti kita berjumpa lagi.
Salam Literasi
0 comments