#journey25
“Selama diperjalanan, kita akan bertemu banyak orang.Cuma ada dua pilihan, sekedar tegur-sapa atau berteman ”
“Sebelum saya melanjutkan jurnal
selanjutnya, saya ucapkan terima kasih untuk Mama, Ayah, Mba Dila dan Ak Enda yang
sudah menyambut kedatangan Alna dengan hangat, bakalan kangen sama masakan
malbi buatan Mama! Untuk winda makasih
banyaaaak udah nemenin aku selama di Palembang, bakalan kangen huh.
Makasih juga untuk Wawak dan kak Ria yang udah nemenin dua hari terakhir
Alna di Palembang dengan segudang cerita di setiap paginya hehe, untuk ifone
makasih udah menutup pertemuan kita dengan makan bubur ayam kuah kuning yang
akhirnya ketemu pas tengah malem di daerah Kambang Iwak wkwk.
Makasih untuk Om Abul dan Tante Ani, yang udah ngerawat Alna yang- pas
nyampe Palembang langsung jatuh sakit selama seminggu.
Makasih untuk Ayunda yang udah bantu nyelesain tujuan utama aku ke Palembang. Makasih untuk Kak Andin,
Anggun, Umi, dan Chika untuk sambutannya. Makasih untuk Aisyah, Iin, Delva,
Zaitun dkk , again and again thank you so much!!”
Pagi pukul
8.30 WIB saya berangkat dari kediaman Ifone ke stasiun Kertapati Palembang
menggunakan ojek online. Ifone tidak bisa mengantar, karena waktunya bertabrakan dengan jam mata
kuliahnya. Keberangkatan
kereta menuju Lubuk Linggau pada pukul 09.30 WIB. Itu artinya, saya ada waktu luang untuk menghindari keterlambatan.
Sayangnya, saya terjebak macet. Tidak heran, karena Palembang merupakan kota
yang padat, ditambah weekdays dimana banyak orang yang sedang
beraktivitas dipagi hari.
Saat tiba di stasiun Kertapati, saya nyaris
tertinggal kereta. Selesai chek in, saya langsung menyusuri
serangkaian gerbong kereta dan menyesuaikan seat yang sudah ditentukan. Ketika saya masuk ke salah satu gerbong, dari kejauhan tampak ada rombongan yang
memakai scarft,”Wah,
bakalan seru nih” batin saya.
Tidak disangka, ternyata nomor seat saya berada di sebelah rombongan itu.
Otomatis saya senang, perjalanan saya tidak akan membosankan karena, delapan
jam kedepan, akan banyak topik yang dibicarakan. Posisi saya di bangku 2 x 2, yang
berarti ada empat orang yang duduk berhadapan, termasuk salah satu anggota dari
rombongan itu yang duduk disebelah saya. Dan rombongan lainnya berada di
seberang saya, dengan bangku 3 x 2, yang berarti ada enam orang. Lantas saya
membuka pembicaraan.
“Dari mana Mas?”
“Dari Bangka Belitung Mba”
“Oalah, dari mapala mana nih”
“Mapala Koppasas”
Namanya Ruslan, itulah percakapan pertama
kami, sampai akhirnya merambat jauh dengan berbagai topik, mulai dari tujuan
keberangkatan mereka, hingga membahas tahapan SPO kepencinta alaman yang kami
jalani. Tidak terasa sudah 2 jam kami mengobrol, sampai-sampai Ruslan
sepertinya mengantuk dan meminta change dengan salah satu anggota
lainnya yang perempuan.
Ohya ada yang belum saya kasih tau, kalau
perjalanan saya kali ini, a lucky journey, may be haha. Karena saya duduk berhadapan dengan pria yang menarik perhatian saya, dengan setelan white t-shirt, jeans jacket, sneakers, dan earphone putih yang dia gunakan. Tiba-tiba, saya teringat kejadian yang hampir serupa,
ketika di kapal menuju pulau Sebuku. Bedanya, perjalanan kali ini tidak ada percakapan apapun diantara kami [baca di sini].
Perempuan yang ada di sebelah saya, Afifah
namanya. Kita bercerita panjang selama perjalanan. Asik orangnya. Kita
sama-sama welcome,meskipun baru kenal. Berawal dari
senyum-sapa, berujung canda-tawa. Banyak sekali topik yang saling kita bahas, mulai
dari keindahan alam, tempat wisata, kebudayaan, bahasa dan makanan khas yang ada di Bengkulu dan Bangka
Belitung. Kita saling memperkenalkan, tanpa menjelekkan walaupun ada banyak
perbedaan. Tawa kita juga petjah karena guyonan yang saya
dan Ipah buat. Tidak disangka, hobi kita sama. Sama-sama suka makan, sama-sama
suka jalan-jalan, sama-sama suka baca dan punya fase yang sama kalo mau nulis.
Perihal kepulangan saya dari kota Palembang,
memberi segudang cerita. Tapi ini bukan akhir dari cerita perjalanan saya,
setelah ini saya masih akan melanjutkan perjalanan ke…
Will be continued…
Dokumentasi
0 comments